Lingkungan

Penanggulangan Bencana Butuh Peran Banyak Pihak

DISKUSI PENANGANAN BENCANA - Para pihak dibutuhkan peran yang sama dalam penanggulangan bencana, diskusi virtual IJTI Sulteng, 27 Desember 2021

MENGAKHIRI tahun kerja 2021, Ikatan Jurnalis Televis Indonesia (IJTI) Sulteng menggelar diskusi tentang penanganan bencana. Diskusi bertitel, Tanggap Bencana di Sulteng, menghadirkan para pembicara, Kepala BPPD Sigi, Kepala Seksi Data dan Informasi BMKG Geofisika Palu, Hendrik Leopatty, Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Sulteng, Debrina Riawati dan Ketua Forum Pengurangan Resiko Bencana (FPRB) Kota Palu, Iwan Lapasere. Diskusi berlangsung virtual yang berlangsung, Senin 27 Desember 2021. Diskusi dimoderasi oleh mantan Sekretaris IJTI Sulteng, Heri Susanto.

Pemantik diskusi, Ketua FRB Kota Palu, Iwan Lapasere. Iwan mengatakan keterlibatan warga dalam penanganan bencana sangat diperlukan. Mengingat warga adalah objek yang menjadi korban utama dalam bencana tersebut.

Mantan Ketua AJI Palu ini, menjelaskan terbentuknya FRB merupakan langkah kerjasama dengan Pemerintah Daerah, guna melakukan upaya pengurangan resiko bencana tersebut.

Sedangkan Hendrik Leopatty mengatakan, stasiun Geofisika Palu mendata, terdapat puluhan sesar yang ada di Sulawesu Tengah. Sesar itulah yang bisa memicu terjadinya gempa di suatu wilayah .

Menurut Hendrik Leopatty, BMKG juga telah memetakan sejumlah daerah yang berpotensi terjadinya tsunami di Sulawesi Tengah. Dari catatan sejarah sejumlah daerah di Sulteng juga pernah terjadi gempa besar dan tsunami.

“Kami masih validasi dan nanti kita serahkan ke BPBD Kbabupaten/Kota dan Gubernur,”jelasnya. Masih menurut Hendrik BMKG saat ini juga intens memberikan sosialiasi disejumlah sekolah dan Univeritas yang ada di Sulteng. “Kita terus memberikan edukasi da sosialiasi di kampua dan sekolah sekolah. Mitigasi dan mengenal kegempaan harus diketahuisejak dini,”terangnya.

Pembicara lainnya, Kabid Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Sulteng, Debrina Riawati mengatakan, hal senada dengan Lapasere, bahwa semua pihak pihak berperan dalam penanggulangan resiko bencana.

Menrutnya, pihak BPBD Sulteng akan terus berupaya membangun komunikasi yang baik dengan semua pihak untuk bekerjasama dalam penaggulangan resiko bencana. “Saya sangat berterimakasih, FRB di beberapa daerah sudah terbentuk. Ini membantu kami dalam penangulangan bencana,” katanya.

Menurut Debri, BPBD Sulteng berencana membuat dokumen rencana kontigensi atau skenario penanganan bencana di Sulawesi Tengah.
“Saat ini tersisa Morowali Utara dan Morowali yang belum merampungkan dokumen tersebut,” tuturnya.

Pemerintah Kabupaten Sigi, yang menjadi salah satu daerah rawan bencana di Sulawesi Tengah, memaparkan data tentang kerugian yang terjadi di wilayahnya.

Data BPBD Syang disampaikan oleh Kabid Kedaruratan BPBD Sigi, Ahmad Yani mengatakan, kerugian yang dialami Pemkab Sigi tahun 2021, karena bencana mencapai triliunan. “Total kerugian bencana mencapai sebelas Triliun,” jelasnya.

Tidak hanya itu, beberapa Desa yang terjadi bencana di wilayah Kabupaten Sigi, juga telah masuk dalam tahap rehabilitasi. “Kalau Desa Bangga kita sudah siapkan lahan untuk relokasi,” terangnya.

“Kami butuh kerjasama semua pihak dalam penanggulangan bencana ini termaksud dari media,”tambahnya.

Hendra Ketua IJTI Sulteng berharap, diskusi ini bisa menjadi bahan pelajaran untuk semua masyarakat untuk lebih memperkuat mitigasi ataupun bisa membantu peran pemerintah dalam hal penanggulan tesiko bencana. “Semoga ini langkah awal untuk kita memahami bencana di Sulteng. Terimakasih untuk semua narasumber yang telah berkesempatan hadir dan memberikan materi terakait penanggulangan bencana. Semoga tahun depan tidak ada lagi terjadi bencana di Sulteng,” paparnya. ***

Sumber          : Rilis IJTI Sulteng
Penyunting    : Amanda
Foto                : IJTI Sulteng

Roemah Kata
the authorRoemah Kata
Anggaplah ini adalah remahan. Tapi kami berusaha menyampaikan yang oleh media arus utama dianggap remah-remah informasi. Tapi bisa saja remah remah itu adalah substansi yang terabaikan akibat penjelmaan dari politik redaksi yang kaku dan ketat. Sesederhana itu sebenarnya.

Tinggalkan Balasan

%d blogger menyukai ini: