Dolmen, Temuan Terbaru di Jantung Celebes

TEMUAN BARU - Dolmen ditemukan di Desa Toinasa Kecamatan Pamona Barat. Arkeolog Iksam Djorimi mengamati lekuk dolmen pertama yang ditemukan di dataran Kabupatan Poso, 10 November 2022

BUMI Poso kembali menasbihkan wilayahnya sebagai penyedia artefak kuno di jantung Celebes. Di bumi yang juga dikenal dengan 1.000 megalit ini, jejak peradaban nenek moyang tempo dulu kembali ditemukan. Namanya dolmen. Letaknya di Desa Toinasa yang berjarak 30-an kilometer dari Kota Tentena. Dolmen adalah Salah satu peninggalan pada zaman megalitikum atau zaman Batu Besar. Dimana masyarakatnya masih menganut kepercayaan animisme. Meja batu tempat meletakkan sesaji pengorbanan yang bedasarkan kepercayaan tradisional kuno.

Bertepatan dengan Festival Mosintuwu 2022, Arkeolog Iksam Djorimi merilis temuan terbaru itu, setelah sebelumnya mendapat informasi langka tersebut dari warga yang dikuatkan dengan informasi dari Mosintuwu Institut.

Pada 10 November 2022, sehari setelah pembukaan Festival Mosintuwu 2022, ia menuju Desa Toinasa Kecamatan Pamona Barat, untuk memastikan informasi berharga itu. Dari hasil pengamatannya, ia memastikan benda dengan permukaan rata berkaki empat itu adalah dolmen. ”Secara arkeologis benda itu disebut dolmen,” ujarnya ditemui di Dodoha – Pamona pada 10 November 2022.

Pada umumnya, dolmen semacam altar atau meja batu. Ada yang berkaki. Namun ada pula tidak mempunyai kaki. Yang ditemukan di Desa Toinasa berkaki empat, jumlahnya empat buah. Yang unik ungkap Iksam adalah letaknya di tengah sungai kecil. Penempatan dolmen di atas sungai adalah hal unik. ”Setahu saya biasanya di padang rumput. Atau di tepi tempat yang berair. Ini seperti ada kesengajaan untuk meletakannya di tengah sungai. Ada semacam prosesi ritual yang berkaitan dengan air di masa lalu. Tapi ini baru data awal,” katanya.

Tradisi ritual menggunakan elemen air di sungai erat kaitannya dengan upacara membersihkan kampung. Yakni menyembelih hewan lalu darahnya dialirkan ke sungai. Iksam menambahkann, dolmen yang ditemukan di tengah sungai, mengindikasikan ada sesuatu persembahan diletakan atas batu yang disembelih. Lalu darahnya mengalir ke sungai biasanya untuk upacara tertentu. Tradisi macam ini pernah ada di dataran Poso. Dalam tradisi Kaili, upacara ini disebut, mora’a binangga, mora’a keke, untuk membersihkan kampung.

Ia melanjutkan, dari sisi usia dolmen ini bisa dilihat dari periodesasinya. Yakni, periode megalitik tua dan periode megalitik muda. Megalitik tua cirinya, aksennya lebih sederhana. Bentuknya rata tanpa riasan lukisan. Sedangkan periode megalitik muda, ditandai dengan pahatan dan ukiran serta ragam hiasan di atasnya. ”Dilihat dari periodenya, dolmen di Toinasa dari megalitik tua, karena bentuknya yang amat sederhana,” ujarnya menganalisa. Dolmen dan menhir sambung Iksam berasal dari megalitik tua.

Ia bersyukur warga yang bercocok tanam dimana dolmen tersebut berada memperlakukan benda bersejarah itu dengan baik. Tidak memindah atau merusaknya. ”Warga sudah berkomitmen untuk itu,” katanya menambahkan. Dengan temuan ini, langkah berikutnya menurut dia perlu penguatan hukum untuk pemeliharaannya. Sesuai PP Nomor 1/2022 tentang Register Nasional dan Pelestarian Cagar Budaya, temuan ini masuk katagori Objek Diduga Cagar Budaya (ODCB) karena memiliki ciri cagar budaya. ”Sebagai arkeolog saya melihat ini sudah masuk katagori cagar budaya,” katanya tersenyum.

Ia akan memberitahukan kepada tim register di Kabupaten Poso yang baru saja terbentuk pada tahun ini. Jika sudah teregistrasi selanjutnya akan direkomendasikan untuk penetapannya yang akan ditandatangani oleh bupati. Atas dasar itu Pemda harus membiayai pemeliharaannnya. ***

Penulis: Amanda
Foto: Pian – Mosintuwu Institut

 

 

Tinggalkan Balasan