Lingkungan

Dua Pelajar Asal Sulteng Suarakan Perubahan Iklim di Hadapan Dubes Negara G7

DUTA SULTENG – Rahmi dan Riziq memberikan keterangan pers, soal rencana keberangkatan keduanya bertemu dengan para Dubes Negara G-7 di Jakarta, pada 27 – 30 Oktober 2022

RAHMI (18)  dan Riziq (18) keduanya adalah pelajar asal Kota Palu, Sulawesi Tengah, akan menemui sejumlah Duta Besar Anggota G7 di Jakarta. Keduanya akan menyuarakan dampak perubahan iklim yang mereka alami di Sulawesi Tengah.

Rahmi dan Riziq, tidak sendiri. Bersama keduanya, ada perwakilan anak-anak dari Jawa Barat, Jakarta dan Jogja serta Sumba. Pertemuan tersebut direncanakan berlangsung, tanggal 27 – 30 Oktober 2022 di Jakarta.

Rahmi adalah penyintas banjir rob di kediamannya Desa Labean- Kabupaten Donggala. Ia adalah salah satu anak yang tumbuh kembangnya bersama banjir rob. Ia pun hapal jadwal banjir rob yang datang setiap bulan. Peristiwa yang pernah dialaminya di desanya  akan disampaikannya di hadapan para pemimpin dunia.  ”Di sana, nanti akan cerita soal banjir rob,” ungkap pelajar di salah satu sekolah di Kota Palu ini.

Rekannya, Riziq kepada wartawan, Minggu 9 Oktober 2022, menjelaskan, ia akan menceritakan kerusakan lahan pertanian di desanya. Pertanian sebagai sumber kehidupan orang-orang di desanya ludes dihantam banjir yang datang sewaktu-waktu.

Dewi Sri Sumanah, Media & Brand Manajer Save the Children Indonesia mengatakan, pihaknya akan memasilitasi anak-anak itu agar menyampaikan opini dan pengalaman mereka di hadapan para pemimpin dunia, khususnya kepada perwakilan negara G7. ”Dampak perubahan iklim yang mereka rasakan setiap daerah isunya berbeda,”kata Dewi saat zoom meeting dengan wartawan di Palu, Minggu 9 Oktober 2022.

Kelompok Negara G7 terdiri dari tujuh negara maju, beranggotakan antara lain, Amerika Serikat, Inggris, Italia, Jepang, Jerman, Kanada, dan Prancis.  Pertemuan G7, membahas isu-isu besar yang dihadapi dunia. Salah satunya adalah isu perubahan iklim. ***

Penulis + Foto:  Amanda

 

 

 

Roemah Kata
the authorRoemah Kata
Anggaplah ini adalah remahan. Tapi kami berusaha menyampaikan yang oleh media arus utama dianggap remah-remah informasi. Tapi bisa saja remah remah itu adalah substansi yang terabaikan akibat penjelmaan dari politik redaksi yang kaku dan ketat. Sesederhana itu sebenarnya.

Tinggalkan Balasan