MUSYAWARAH Daerah (Musda) IV IJTI Sulteng melahirkan ketua baru. Dengan suara meyakinkan – Hendra jurnalis TVRI Sulteng memenangi pemilihan Ketua IJTI Sulteng periode 2021-2025. Perolehannya telak di atas pesaingnya.
Pria murah senyum ini mendulang 19 suara. Disusul Syamsudin Tobone (SCTV) enam suara dan Rangga Musabar (Antara TV) lima suara. Tanda-tanda kemenangan jebolan Lembaga Pendidikan Profesi Nasional (LPPN) Palu tahun 2008 ini, sudah terlihat sejak penjaringan bakal calon. Ia meraih 24 suara – jauh meninggalkan pesaing-pesaingnya, Rahman Odie (SeeToday), Syamsudin Tobone, Rangga, Abdi Mari (TV One) dan Mita Meinansi (Metro TV). Sesuai tata tertib pemilihan, bakal calon yang masuk tiga besar akan bersaing dalam pemilihan ketua.
Rahman Odie dengan perolehan 9 suara, memilih mundur. Akhirnya tiga bakal calon pengumpul suara tertinggi dianggap memenuhi syarat maju dalam pencalonan. Musda yang berlangsung setengah hari di Amazing Resort itu, akhirnya menahbiskan bapak dua anak itu sebagai Ketua IJTI Sulteng periode 2021 – 2025. Disusul ketokan palu oleh pimpinan sidang Mita Meinansi, Musda itu pun berakhir. Suasana penuh canda. Tidak ada aura kompetisi. Seperti halnya suksesi OKP atau parpol. Yang penuh agitasi dan saling menista.
Apresiasi pantas ditujukan kepada Syamsudin Tobone. Salah anggota senior IJTI Sulteng. Ia berkomitmen tetap mendukung IJTI Sulteng di bawah kepemimpinan Hendra. Bapak dua anak ini, sebenarnya sedang mengajarkan kepada yuniornya yang datang di belakang dirinya, bahwa mengawal kemajuan organisasi adalah tanggungjawab bersama. Baik yang ada di dalam struktur maupun di luar struktur kepengurusan. Ia pun bersedia membantu – sekalipun di luar struktur kepengurusan.
Maka, dalam sambutannya sebagai ketua terpilih, Hendra kemudian menempatkan jebolan Fakultas Sastra Indonesia Unhas ini, sebagai senior untuk tempat bertanya tentang banyak hal yang berkaitan dengan perkembangan organisasi. Kebijakannya itu, menurut Hendra diamini Ketua Umum IJTI Herik Kurniawan. ”Ya boleh. Bagus itu,”ungkap Hendra menirukan ucapan Herik soal pernyataannya.
Musda telah selesai. Selanjutnya tugas di depan membentang. Pernyataan Ketua Umum IJTI Herik Kurniawan sesaat setelah terpilihnya Hendra layak disimak. Tidak saja oleh ketua terpilih. Tapi semua personel pengurus IJTI Sulteng yang baru.
”Ini adalah awal perjalanan yang sangat panjang. Dibutuhkan energi yang banyak, besar, supaya kita bisa sukses menjalankan amanat IJTI di Sulawesi Tengah,” ujar Herik Kurniawan, saat memberi sambutan usai proses pemilihan suara, Minggu petang, 5 Desember 2021.
Pemimpin Redaksi Inews itu berpesan yang paling penting IJTI harus menjaga eksistensi. Semua anggota juga harus eksis, menunjukkan apa dan siapa IJTI. Keberadaan IJTI saat ini sudah cukup dikenal publik. Tapi tidak cukup sampai di situ. Karena harus pula dibarengi dengan harus dibuktikan dengan kerja nyata yang dapat memberikan manfaat. ”Kalau saya sih, analoginya kita harus menjadi super hero lah yah. Bisa jadi Superman, Batman, Benggala, menjadi sosok yang dibutuhkan oleh publik,” ujarnya memotivasi.
Ia pun bangga dengan keberhasilan Pengda IJTI Sulteng menggelar Musda. Kinerja panitia yang diawaki anak-anak muda pun tak luput dari amatannya. ”Ini intermezzo sedikit. Yang menarik adalah ketua panitianya, Rian. Dia mampu bekerja sama dengan timnya. Meski malam sebelumnya dia hanya asik karaokean. Tapi sepertinya dia sudah tau siapa yang bakal terpilih. Jalannya Musda berlangsung dengan aman dan lancar,” aku Herik.
Suara optimisme terhadap formasi baru IJTI Sulteng ini pun datang dari senior IJTI, Erik Yessiah Tamalagi. ”Melihat hasil Musda IJTI Sulteng, saya percaya generasi baru dengan energi yang mereka miliki akan mampu menjawab tantangan ini,” ungkapnya bangga. Mantan mantan jurnalis TPI ini pun bilang, IJTI lahir pada era Reformasi. Sehingga tidak salah kalau dikatakan jurnalisme televisi yang ‘bebas merdeka’ lahir di masa itu, 1998. IJTI saat ini punya tantangan tersendiri yang harus dijawab oleh penggurus hasil Musda IV ini.
Citizen Journalist yang wara wiri di media sosial karena kemudahan dari sejumlah provider, lanjut Erik, membuat IJTI harus mampu menjadi pembeda. Caranya dengan menunjukkan profesionalitas dan terutama menegaskan jati diri pers sebagai pilar keempat.
Hendra sendiri dalam statemen publik perdana, tampak tidak boros mengumbar pernyataan. Ia hanya mengapresiasi teman-temannya yang memercayakan amanah organisasi di pundaknya. Plus berkomitmen akan menjalankan amanat organisasi dengan standar profesionalis yang tinggi.
Dalam lima tahun kedepan, saat TV digital mulai digeber, insan pertelevisian dituntut meningkatkan kompetensi dengan standar kode etik siaran yang baik. Jurnalis TV harus mampu menyesuaikan diri dengan memodifikasi serta menyebarluaskan siaran secara cepat dan masif. Peringatan ini datang dari bakal calon KPID Sulteng, Indra Yosvidar.
Pintu gerbang transformasi digital menurut dia sudah terbuka. Saat ini, semua orang berbicara tentang peta jalan siaran digital yang tak mengenal gigi mundur. Dia akan berjalan terus kedepan dan semua orang khususnya praktisi siaran harus mampu menyesuaikan. Maka kepada yuniornya, mantan jurnalis TPI pun berpesan, kompetensi dan profesionalitas adalah kunci yang harus dipegang para jurnalis televisi. Jangan mengorbankan profesionalitas dengan mengumbar siaran bermutu rendah – hanya mengejar agar tayangannya laku.
Di tengah kualitas literasi warga yang belum begitu membaik, di pundak jurnalis televisi amanah mulia itu dipikul. Jurnalis TV harus mampu menjadi public guide, terhadap arah jalan bangsa dengan menampilkan tayangan yang mencerdaskan publik. Tidak terus-terusan menjejali publik menyebar siaran penuh sensasi yang menihilkan substansi. Hanya demi rating. Insan televisi di Sulawesi Tengah bertanggungjawab soal itu. Selamat bertugas pengurus baru IJTI Sulteng. ***
Penulis : Amanda
Foto-foto : Amanda