Serba Serbi

Mengenang Mustar Labolo dan Kiprahnya yang Penuh Warna

Mustar-Labolo

SEPANJANG hari di tahun 1993 dan tahun-tahun setelahnya, halaman  Madrasah Ibtidaiyah Al Haq di Jalan Soeprapto Nomor 69 Palu, selalu riuh. Ratusan siswa SD, SMP dan SMA berebut masuk di pintu pagar dengan lebar sekira 3,5 meter. Sekolah yang sekomplek dengan Masjid Al-Haq itu, adalah salah satu kawah candradimuka bagi bibit muda Muhammadiyah yang kelak akan menjalankan misi dakwah amar ma’ruf nahi munkar, slogan yang identik dengan pergerakan besutan KH Ahmad Dahlan itu. Di antara ratusan suara riuh suara anak-anak maupun lengkingan klakson motor dan angkot yang mengantar anak sekolah, saban hari selalu terlihat motor bebek Honda Astrea corak off white (putih tulang) berpadu hijau lumut.  Di atas sadelnya, nangkring dua bocah lincah, Siti Rahmawaty dan adiknya Muhamad Fajrul Islami. Keduanya bersekolah di MI Al-Haq. Dalam catatan penulis, Mustar tetap menjadi pengantar hingga anaknya lulus.

Kehidupan pria kelahiran Lobu, (Banggai) 18 November 1962, terlalu berwarna. Saya mengenalnya, sejak menjadi politisi muda PPP dan saat yang sama menjadi Ketua Gerakan Muda Pembangunan Indonesia (GMPI) Sulteng, sebuah organisasi underbouw PPP yang saat itu dipimpin KH Hasan Metareum. Bersama mendiang sahabatnya, Munif S Lanuna, membidani GMPI yang akhirnya mengantarkannya menjadi Anggota DPRD Sulteng hasil Pemilu 1999. Ia hanya beberapa saat di partai berlambang Ka’bah itu. Seiring kisruh PPP yang tak terelakkan, Mustar pindah ke Partai Bintang Reformasi besutan KH Zainuddin MZ. Pengabdian di DPRD Sulteng tak dituntaskannya. Ia diganti oleh koleganya Indo Dien Larekeng. Keaktifannya di PPP sudah dimulai sejak Pemilu 1987. Saat itu, ia mengantongi nomor urut caleg 42, nomor yang tidak memungkinkannya terpilih menjadi Anggota Dewan. Kini, tatakan namanya masih terukir kokoh di prasasti, sebagai salah satu pendiri sekretariat PPP Sulteng di Jalan Tembang, Palu Barat.

Bak roller coaster jalan politik Mustar Labolo memang naik turun. Pemilu 2004, bersama PBR ia gagal menembus kursi di DPRD Sulteng. Pada pemilu 2009, bersama Partai Demokrat, ia berhasil mengklaim satu kursi dari daerah pemilihan 1, Banggai-Bangkep dengan total jumlah 11.467 suara. Tamatan STISIPOL Panca Bhakti Palu 1995 ini sempat dua kali menjadi Anggota Dewan dari Partai Demokrat. Periode kedua tidak dituntaskannya. Ia menerima pinangan Herwin Yatim menjadi Wakil Bupati Banggai masa jabatan 2016 – 2021. Saat sedang menjalankan tugas Wakil Bupati, Mustar kembali berakrobat yang membuat Wakil Ketua DPD Demokrat Sulteng, Zulfakar Nasir uring-uringan dan memprotes kepindahannya itu. Pada 1 Maret 2017, mundur dari partai yang mengusungnya menjadi Wakil Bupati bersama PDIP. Mustar ke beralih ke Gerindra. Padahal saat itu, Demokrat baru mulai memanaskan mesin poltiknya menghadapi Pemilu 2019. Zulfakar pernah memanggil penulis untuk merilis pernyataannya tentang kepindahan sekondannya itu.

AKTIVIS UMAT – Mustar Labolo (kedua dari kiri) saat menjadi pimpinan rapat pada Muswil KB PII Sulteng

Selama menjadi Wakil Bupati, sempat terdengar kabar tentang kerenggangan relasi pasangan dengan akronim Winstar ini. Namun hubungan itu tak sempat menyentuh titik didih seperti kabupaten lainnya di Sulawesi Tengah yang saling menelanjangi di depan peserta upacara. Gosip kerenggangan itu, bahkan terbantah dengan kembali berpasangan. Sayang pasangan yang ingin mengulang memori indah pada Pilkada 9 Desember 2020, gagal. Mereka dikalahkan pasangan Amirudin Tamoreka –  Furqanudin Masulili.  Soal isu renggang ini, penulis pernah menanyakannya.  Ia merespons dengan kalimat indah. Mustar bilang begini, relasi antara bupati dan wakil adalah kisah kebersamaan yang mekar bak bunga di kebun harapan. Saya dan Pak Bupati saling melengkapi seperti matahari dan bulan. Memancarkan sinar kebijaksanaan dan kesetiaan. Dalam keserasian dan kebersamaan, kami berdua membawa sinar kemajuan bagi Tanah Banggai yang harus kami jaga sepenuh hati.  ‘’Kami berdua akur,’’ katanya dari ujung telepon. Entah darimana Mustar memperoleh referensi kutipan puitis seperti ini. Tapi bertahun lalu, saya sering bertandang di rumahnya yang menyempil di lorong kecil di Jalan Hang Tuah. Di perpustakaan mini, di antara buku Ikhwanul Muslimin dan Hasan Al Banna,  saya mendapati buku-buku penyair Muhammad Iqbal. Salah satunya, berjudul Pesan dari Timur. Buku dengan syair religi yang menggugah.

Usai pada pengabdian di kampung kelahirannya Banggai, sambil menunggu momentum Pemilu 2024, pria lulusan SPMA Palu 1982 ini kembali tenggelam dengan keasyikan lamanya. Kembali menjadi aktivis umat. Mustar aktif di keluarga Besar Pelajar Islam Indonesia (KB PII) Sulteng. Ia selalu hadir di pengajian rutin KB PII. Juga aktif di Pergerakan Muhammadiyah Sulteng. Jejaknya dalam pembinaan sumber daya umat, bisa pula dilacak diberbagai tempat. Di antaranya, mendirikan Panti Asuhan Putra Muhammadiyah Fatimah Azzahra di Mamboro. Ia juga berperan penting pendirian Klinik Bersalin Muhammadiyah di Kompleks Kampus Muhamadiyah Palu.  Dalam salah satu acara di pesantren Fatimah Azzahra, Mustar bilang, mengurus umat adalah menjaga api di kegelapan, mengukir jalan di hutan belantara ketidakadilan dan penjaga kebenaran di tengah arus ketidakmenentuan. Mungkin inilah kenapa menjadi aktivis umat menjadi pilihannya. Dalam keasyikan menjadi aktivis umat, tahun politik 2024 akhirnya tiba. Ia kembali mencoba peruntungan politiknya dengan menjadi calon DPD. Nasib baik ternyata tak selamanya berpihak. Mustar gagal.

JEJAK YANG PENUH WARNA

Karir politik yang dilakoninya bahkan hingga akhir hayatnya, tak lepas dari perjalanan hidupnya yang berkelok. Pada sebuah interview di sela-sela rapat BURT (Badan Urusan Rumah Tangga) di DPRD Sulteng, bertahun lalu, kepada penulis Mustar mengaku, kompleksitas hidup yang dijalaninya ikut memicu adrenalinnya pada isu-isu keumatan. Ghirah yang kelak mengantarkannya meniti jalan politik sebagai jalan pengabdian. Maka menjadi politisi baginya adalah pilihan yang realistis dan masuk akal. Baginya, politisi adalah pemahat sejarah yang memahkotai panggung kehidupan dengan tugas yang mulia. Mereka melayani orang banyak dengan penuh dedikasi dan visi. Mereka penerjemah harapan dan arsitek perubahan. Dalam setiap langkah dan keputusan politik, mereka membawa harapan bagi banyak orang. Maka tak heran jika masa mudanya, ia aktif di sejumlah organisasi yang berlatarbelakang  keagamaan selalu beirisan dengan politik.  Selain Dosen FISIP di Unismuh Palu, mantan Area Manager PT Saputra Inheritance ini, pernah aktif di Sekretaris Al Irsyad Al Islamiyah Kotif Palu, Ketua Umum KB PII Sulteng, Sekretaris Kesehatan Majelis Muhammadiyah Sulteng. Almarhum bahkan terlibat jauh dalam perjuangan Pemekaran Provinsi Sultim serta ikut dalam upaya pemekaran Kabupaten Balantak Pokobondolong pada 2006.  Namun seperti yang diakuinya, jejaknya di organisasi keagamaan jauh lebih banyak dan intens. Pengagum tokoh pencetus Mosi Integral HM Natsir ini, pernah menyatakan kesyukurannya, karena terlibat secara langsung menyahuti hasrat saudara-saudaranya di Sultim. Yakni, tentang berdirinya wilayah otonom baru bernama Provinsi Sulawesi Timur. ‘’ Saya bersyukur ikut melahirkan rekomendasi yang dikirimkan ke Gubernur. Bolanya sudah ada di Pemda,’’ katanya ketika itu. Hingga akhir hayatnya, Provinsi Sultim tak kunjung terwujud.


MELAYAT – Kolega almarhum melayat di kediamannya di BTN Lasoani, Palu, Sabtu13 April 2024

Malam tadi Sabtu 13 Maret 2024, pukul 21.00 wita, Mustar Labolo menyerah pada takdirnya. Ia menghembuskan nafas terakhir di kediamannya di BTN Lasoani, Palu. Tulisan singkat dengan 1.150 kata ini tidak cukup untuk merangkum perjalanan  hidupnya yang panjang  penuh warna. Tapi setidaknya mengingatkan banyak  orang tentang perannya menjalankan fungsinya sebagai Khalîfah fil ardhi.

Meskipun langkahnya kini telah berhenti, jejaknya tetap terpatri di benak generasi yang datang di belakangnya. Seperti bunga yang mekar dalam heningnya senja, semangatnya yang teguh dan cita-citanya yang terus menyala akan terus menginspirasi generasi setelahnya. Semesta telah mencatat jejak yang dipahatnya. Pada waktu yang terus berjalan, kita akan mengenang perjalanan hidup yang memikat dari seorang tokoh yang kini telah berpulang. Seperti halaman-halaman yang terbuka dalam buku, kisahnya telah merangkai benang-benang kehidupan kita.  Semoga perjalanan rohnya menemukan kedamaian. Dan orang-orang yang ditinggalkannya terus memelihara cahaya yang diwariskannya. Menjadikannya sebagai bintang penuntun di langit-langit kehidupan. Amin. ***

Penulis: Amanda
Foto-Foto : ijal, rasyid p

Roemah Kata
the authorRoemah Kata
Anggaplah ini adalah remahan. Tapi kami berusaha menyampaikan yang oleh media arus utama dianggap remah-remah informasi. Tapi bisa saja remah remah itu adalah substansi yang terabaikan akibat penjelmaan dari politik redaksi yang kaku dan ketat. Sesederhana itu sebenarnya.

1 Komentar

Tinggalkan Balasan