Di tepi laut yang tenang, di antara riak gelombang yang menyapa, sekumpulan orang tak berpamrih menghabiskan waktu mereka menanam benih kehidupan. Menciptakan benteng kokoh, membangun harapan untuk masa depan yang lebih hijau bagi bumi ini. Sayang, saat satu anak tangga kesuksesan mulai dipijak, muncul pihak-pihak mengklaim kerja-kerja itu.
—
AKTIVIS Mangrove Ranger bersama dengan karyawan salah satu toko retail di Kota Palu, melakukan penanaman mangrove di kawasan Area Konservasi Mangrove, Layana Indah, Sabtu 30 Maret 2024. Menggandeng salah satu retail terkemuka di Kota Palu, penanaman mangrove dirangkai dengan buka puasa bersama sekaligus untuk memeringati Hari Air Sedunia, 22 Maret 2024.
Saat ini, di kawasan pantai di Kelurahan Tondo Dupa telah tumbuh tanaman mangrove jenis avicennia setinggi orang dewasa dengan daun lebat mengilap dan akar yang menancap kokoh. Di kawasan pantai sepanjang 2.000 meter yang akan menjadi kawasan konservasi mangrove diharapkan akan dijejali vegetasi yang diharapkan tak hanya menjadi benteng kokoh dari ancaman abrasi melainkan juga memberi nilai tambah ekonomi bagi warga setempat.
Ketua Mangrover Ranger Kota Palu, Ismail menjelaskan, mereka mendapat konsensi pantai dari pemerintah kelurahan setempat untuk konservasi mangrove. Mereka berbagai wilayah dengan nelayan. ‘’Kami berbagi wilayah pantai dengan nelayan. Kami dapat dua kilo,’’ rinci Ismail sambil menunjuk wilayah pantai yang bakal ditanami. Saat ini, pantai sepanjang dua kilometer, belum sepenuhnya ditanami. ‘’Masih bertahap,’’ katanya menambahkan. Aksi penanaman yang dilakukan baru sebatas menanam sela di antara pohon yang mati. Hari ini, ada 800 bibit (propagul) yang ditanam.
DIDUKUNG BANYAK PIHAK KECUALI PERUSAHAAN TAMBANG
Usaha untuk menghijaukan kembali wilayah pantai yang luluh lantak dihajar tsunami, mendapat dukungan banyak pihak, baik instansi swasta maupun pemerintah. Dukungan itu berupa pengadaan bibit, fasilitas pemantauan maupun pembuatan plang. Sebagai organisasi yang berangkat dari idealisme, Mangrove Ranger diakuinya tidak mempunyai sumber daya yang memadai, misalnya untuk pengadaan propagul dengan harga Rp2.000 per batang dan bibit polybag seharga Rp7.000 per pohon. Dukungan dari para pihak dirasakannya sangat membantu. Namun demikian perusahaan yang mengeksplotasi lingkungan khususnya perusahaan tambang baik tipe A maupun tipe C, belum sekalipun memberikan dukungan pada gerakan mereka. ‘’Mereka itu berkontribusi pada kerusakan lingkungan, mestinya tidak abai pada isu-isu semacam ini,’’ katanya sambil tersenyum. Selain pemerintah, dukungan justru diperolehnya dari organisasi nonpemerintah.
TENTANG MANGROVER RANGER
Memulai aktivitas sejak 4 tahun silam, atau setahun pascatsunami September 2018, tepatnya Oktober 2019, Ismail dan kawan-kawan mangrover lainnya yang berjumlah 90 orang menginisiasi penanaman pohon mangrove di atas puing bekas tsunami. Sejak saat itu pula perhatian pada urusan pribadi menjadi terbagi. Dalam sepekan sebagian waktu mereka harus dihabiskan di pantai. Mereka memantau pertumbuhan, menyiangi kuncup pohon yang tertutup oleh limbah yang dihempas ombak. Sepekan bisa dua kali atau lebih. ‘’Begitu terus kami lakukan sejak pertama kali terlibat di sini,’’ jelasnya.
Karakter tanaman mangrove menurut dia, mudah tumbuh. Asalkan mendapatkan medium yang cocok akan tumbuh dengan mudah. Namun tetap harus dipantau dan dibersihkan. Sampah plastik dan potongan-potongan kayu yang dibawa ombak setiap saat dapat membuat tumbuhan mangrove mati. Ia mengatakan, mereka yang terlibat dalam pada gerakan Mangrove Ranger, adalah individu yang mempunyai perhatian lebih pada isu lingkungan, khususnya kawasan pesisir. Mereka antara lain, ada aktivis NGO, karyawan swasta, mahasiswa hingga jurnalis. Kelak mereka berharap kawasan konservasi tak hanya sebagai benteng hijau sebagaimana tujuan utamanya, melainkan wahana edukasi, rekreasi hingga ekonomi bagi warga di Kota Palu.
Ismail menambahkan ia dan kawan-kawan, sudah mempunyai gambaran tentang rencana-rencana tersebut. Misalnya, membangun wahana untuk rekreasi dan wisata. Wahana semacam itu menurut dia, penting untuk memantik kesadaran publik tentang pentingnya pesisir dan ekosistemnya sebagai benteng keselamatan warga. ‘’Kalau pantai kita jaga, maka pantai juga akan menjaga kita,’’ ujarnya bertamsil. Pohon mangrove yang mulai tumbuh dengan lebat mulai menghadirkan kehidupan di ekosistem itu. Warga mulai berburu kepiting untuk konsumsi mereka. Walau masih terbatas namun kehadiran kepiting bakau, mengindikasikan ekosistem pantai mulai terbentuk di kawasan yang terletak seratusan meter dari pusat pergudangan Kota Palu itu.
Ahmad warga di Jalan Trans Sulawesi yang bermukim tak jauh dari kawasan itu, sering melihat kepiting sebesar kepalan tangan berlarian lincah di sela akar pohon. Kelak menurut Asep, aktivis Rubalang, jika mangrove sudah tumbuh baik, akan tumbuh pula pula padang lamun sebagai habitat ideal ikan. Setelah padang lamun, tumbuh pula karang. ‘’Ini adalah ekosistem yang saling berkaitan,’’ ungkap Asep. Jika sudah seperti itu, nelayan cukup memancing di sekitar pantai untuk mendapatkan ikan berjenis, synanceia verrucosa, yang mengandalkan batu karang atau dornorn sebagai rumahnya.
Di tengah keseriusan aktivis mangrover ranger menanam dan memelihara hutan mangrove di kawasan ini, tiba-tiba muncul klaim dari pihak tertentu, bahwa wilayah itu sebagai buah dari kerja mereka. Bahkan, hutan mangrove itu dijadikan konten video dengan narasi klaim yang berlebihan. ‘’Saya sudah protes ke Dinas Lingkungan Pemkot yang mengklaim sebagai kerja mereka. Sudah diprotes tetap saja mereka keukeuh,’’ ujar Ismail tersenyum.
Publik Palu harus bersyukur, ada orang-orang yang dengan kesibukan mereka masih menyisakan waktunya untuk mengurus urusan yang mestinya menjadi tanggungjawab pemerintah. Namun seperti yang diungkapkan Arfan warga Trans Sulawesi yang ditemui, jika mengharapkan pada pemerintah, maka pemandangan hijau seperti yang dinikmatinya saban sore saat mentari tenggelam tak akan pernah terwujud.
Di tepian lautan yang menari dengan riak gelombang, mangrove menjulang sebagai sentinel alami. Ia membentuk benteng hijau yang teguh. Melindungi kehidupan dari serangan ganasnya samudera sebagai akibat iklim yang makin ekstrim. Mangrove, dengan akarnya yang menancap di dalam lumpur dan daunnya yang menari di atas angin, adalah penjaga setia. Menjaga harmoni ekosistem pesisir sekaligus menopang kehidupan. ***
Penulis : Amanda
Foto-foto : Amanda