KINERJA perekonomian nasional pada Triwulan IV – 2024 mencapai 5,02 persen (yoy). Sepanjang 2024 perekonomian Indonesia tumbuh sebesar 5,03 persen (yoy). Kondisi ini mencerminkan ketahanan dan daya saing ekonomi nasional semakin baik.
Hal ini disampaikan Wakil Ketua Banggar DPR RI, Muhidin M Said dalam rilisnya yang ditembuskan ke redaksi. Indikator sektor riil, menuru dia di antaranya PMI Manufaktur yang tetap ekspansif, Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) terjaga dan Indeks Penjualan Riil (IPR) juga tumbuh positif.
‘’Momentum pertumbuhan ekonomi ini perlu terus kita jaga agar target pertumbuhan 8 persenbisa tercapai pada tahun 2029”. Demikian disampaikan oleh Muhidin Mohamad Said, Wakil Ketua Banggar DPR RI dan Anggota Fraksi Partai Golkar DPR RI, dalam keterangan tertulisnya, disampaikan pada Kamis 13 Februari 2025.
Politisi Partai Golkar ini menyebutkan, pencapaian pertumbuhan ekonomi sepanjang 2024, menunjukkan kinerja perekonomian nasional, semakin baik dan solid. ‘’Kita ketahui, triwulan IV-2024 merupakan triwulan pertama bagi Pemerintahan Presiden Prabowo. Ekonomi kita tumbuh signifikan,’’ ujarnya optimis.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5,02 persen (yoy), lebih tinggi dibandingkan peer countries (negara-negara yang memiliki karakteristik serupa dalam hal tertentu).
Seperti Singapura (4,3 persen), Arab Saudi (4,4persen), dan Malaysia (4,8persen). ‘’Kita berharap, pertumbuhan ekonomi tahun 2024 ini menjadi modal besar bagi Pemerintah untuk melangkah lebih baik lagi kedepannya,’’ katanya.
Muhidin yang juga anggota Komisi XI DPR RI mengingatkan, tidak boleh jangan cepat berpuas diri dengan pencapaian kinerja perekonomian nasional saat ini. Menurut dia, masih ada pekerjaan tumah yang harus diselesaikan. Yaitu, menurunkan angka Incremental Capital-Output Ratio (ICOR).
Seperti diketahui, angka ICOR atau tingkat efisiensi investasi di Indonesia masih tinggi sekitar 6,5. Artinya, investasi di Indonesia terhitung berbiaya tinggi. Apalagi, jika dibandingkan dengan negara Asean lain.
ICOR-nya berada di kisaran 3,0-5,0, maka investasi di Indonesia terlihat tidak efisien dan berbiaya tinggi. ‘’Faktor inilah yang kemudian menyebabkan beberapa investor besar memilih Malaysia dan Vietnam untuk melaburkan uangnya,’’ beber Muhidin.
Lebih jauh Legislator dari Sulawesi Tengah ini menjelaskan, selain untuk mengukur tingkat efisiensi investasi di sebuah Negara, ICOR juga bisa menggambarkan hubungan antara investasi dan pertumbuhan ekonomi.
Semakin tinggi nilai ICOR, semakin tinggi biaya investasi yang dibutuhkan untuk menghasilkan pertumbuhan ekonomi di negara tersebut. “Realisasi investasi di Indonesia sudah mencapai angka 30 persen terhadap PDB.
Namun, karena angka ICOR masih berkisar 6,5, sehingga pertumbuhan ekonomi Indonesia tertahan diangka 5 persen”, ungkap Muhidin.
Terakhir, Muhidin mengungkapkan, berkaca dari masih tingginya angka ICOR tersebut, Pemerintah perlu fokus mengatasi permasalahan tersebut. Antar lain, melakukan efektifitas dan efisiensi anggaran.
Memperbaiki kinerja birokrasi dan regulasi yang masih tumpang tindih, membangun infrastruktur yang sesuai dengan kebutuhan ekonomi masyarakat, serta memangkas biaya logistik yang tinggi.
“Kita yakin Pemerintah bisa menurunkan angka ICOR pada level dibawah 4, tentunya dengan syarat semuanya sejalan dengan arah dan kebijakan yang sudah ditetapkan oleh Pemerintah”, tutupnya.***
Sumber: Rilis
Foto: – Ist