Politik

Politik Tak Selamanya Bedil & Darah, Bisa juga Bedak atau Lipstik

SANTAI - Santai sejenak dari hiruk pikuk politik (f-dok pribadi)

LUCY Shanti, tiba-tiba nyembul dari dominasi politisi pria. Kehadirannya sekaligus mematahkan hegemoni politisi pria yang setiap periode terus mendominasi posisi kunci baik di komisi maupun fraksi. Lucy Shanti, ketua fraksi Demokrat DPRD Sulteng, yang oleh Ketua Partai Demokrat Sulteng Achmad Yahya diberi kepercayaan mengendalikan kepentingan politik Partai Demokrat di DPRD Sulteng memang mempunyai tugas berat.

Sebagai sayap politik pemerintah di parlemen sosok wanita tiga anak ini tentunya bertanggungjawab penuh mengamankan kebijakan pemerintah di dewan. Di satu sisi, kemunculannya sebagai politisi yang memegang posisi strategis di fraksi memberikan harapan bagi konstituen perempuan yang diwakilinya.

Bagaimanakah pendapat para aktivis dan akademisi perempuan terhadap kehadiran sosok Lucy Shanti sebagai ketua fraksi pertama di DPRD Sulteng?.

Marhawati Mapattoba Guru Besar Fakultas Pertanian Universitas Tadulako mengaku memberikan respons yang tinggi terhadap munculnya politisi perempuan memegang posisi kunci di fraksi.

Setidaknya dengan posisi strategis itu, perjuangan kesetaraan dan keadilan gender bisa sedikit lebih maju di banding dengan yang sudah ada saat ini. Pertanyaannya kata Marhawati, seberapa besar kualitas individu para politisi perempuan itu untuk memperjuangkan kepentingan kaumnya. Apakah politisi perempuan yang diberi kekuasaan untuk mengendalikan mesin politik itu bisa memahami eksistensi dia sebagai politisi perempuan yang tidak saja memperjuangkan kepentingan politik partainya melainkan juga kesetaraan antara perempuan dan pria. ‘’Disini masalahnya,’’ ujarnya menambahkan. Kalau ternyata belum bisa, maka perlu ada ruang untuk membenahi diri agar keberadaan mereka tidak sekadar pemanis sidang tetapi harus mampu mengartikulasi aspirasi perempuan.

Pernyataannya itu kata Marhawati bukannya sangsi terhadap kemampuan perempuan itu sendiri tetapi semata-mata mengingatkan agar jangan sampai terbawa arus di tengah hegemoni politisi pria. ‘’Paling tidak ada kesediaan atau kemauan kuat untuk mengidentifikasi persoalan perempuan yang selama ini tidak bisa dilihat laki-laki,’’ katanya lagi. Ia mengatakan ini adalah awal yang baik untuk sebuah perjuangan panjang para aktivis perempuan di negeri ini.

(f-dok pribadi)
KUNKER – Lucy Shanty dalam salah satu perjalanannya ke Eropa

Di kalangan aktivis muda harapan kepada sosok Lucy Shanti juga terus disuarakan. Riana Imut Ketua Kohati HMI Cabang Palu berharap, posisi politik yang sungguh strategis itu tidak sekadar aksesoris yang melekat pada seorang anggota dewan, tetapi harus bisa diterjemahkan dalam agenda aksi di lapangan. ‘’Saya sendiri belum tahu, siapa saja mereka ini. Tapi dengan adanya jabatan politik yang cukup strategis yang diperoleh perempuan, bisa menjadi starting point perjuangan perempuan di daerah ini,’’ ujar Riana berharap.

Jabatan strategis yang dipercayakan kepada perempuan kata Riana membuktikan bahwa perempuan ternyata bisa memerankan peran politik strategis asalkan diberikan kesempatan.

Direktur Eksekutif Walhi Sulteng Wilianita Selfiana juga menaruh harapan besar pada sosok Lusy Shanti yang dipercaya membawa gerbong fraksi Demokrat. Namun ia mengingatkan, jangan sampai distribusi kue kekuasaan ini sekadar politik kompensasi kepada perempuan yang selama ini selalu terpinggirkan. ‘’Saya sangat respek jika ada parpol yang memberi kepercayan kepada perempuan memegang jabatan kunci di dewan. Tapi ini jangan dipahami sebagai politik kompensasi tetapi didasarkan pada kompetensi yang bersangkutan,’’ ujarnya mengingatkan.

Olehnya kata Wilianita, sebagai seorang perempuan ia belum bisa menaruh harapan besar terhadap posisi politik yang didapatkan oleh perempuan. Pasalnya, yang paling penting adalah melihat dulu sejauhmana dengan jabatan yang disandangnya mampu menjadi jembatan kepentingan untuk terwujudnya kesetaraan dan keadilan gender.

Sementara Lusy Shanti sendiri mengaku, akan menjalankan amanah yang diberikan dengan sebaik-baiknya. Ia menyadari tingginya espektasi terhadap dirinya khususnya berkaitan dengan persoalan keperempuanan di Sulawesi Tengah. ‘’Saya senantiasa membuka diri bagi teman-teman aktivis perempuan, bertukar pendapat untuk hal ini. Paling tidak langkah seperti itu bisa mendekatkan perjuangan kesetaraan perempuan kearah yang kita tuju bersama,’’ ucapnya.

Di fraksi Demokrat, Lucy Shanti akan memimpin sejumlah koleganya yang kesemuanya adalah politisi pria. Komposisi fraksi Partai Demokrat terdiri sembilan orang. Ketua fraksi Lusy Shanti, Wakil Ketua Rusli Dg Palabi Sekretaris Fraksi Mustar Labolo dan Bendahara Fraksi As’ad Lawali. tampilnya Lucy juga telah membuktikan bahwa politik tak selamanya identik dengan bedil dan darah. Tapi juga bisa berarti bedak dan lipstik. ***

Artikel ini tayang di Harian Radar Sulteng, Mei 2010

Roemah Kata
the authorRoemah Kata
Anggaplah ini adalah remahan. Tapi kami berusaha menyampaikan yang oleh media arus utama dianggap remah-remah informasi. Tapi bisa saja remah remah itu adalah substansi yang terabaikan akibat penjelmaan dari politik redaksi yang kaku dan ketat. Sesederhana itu sebenarnya.

Tinggalkan Balasan

%d blogger menyukai ini: