Seni Budaya

Fladica & The Eight, Sumbangan Pasha Pada Musik Kota Palu

PERFORM - Personel Fladica meluncurkan lagu single ketiga berjudul Takut Kehilanganmu di Palu 12 Februari 2021

AWAN tipis menggelayut manja di atas langit Kota Palu, Jumat 12 Februari 2021. Suasana di Hall Kafe 168 tampak hidup. Puluhan anak muda terlihat meriung, dalam suasana protokol kesehatan yang ketat. Penampilan mereka rapi. Klimis. Modis. Dan glamour. Sambil mengunyah kudapan, mereka membincang banyak hal. Penampilan yang merefresentasikan gairah anak muda kekinian.

Di pojok belakang, terlihat Wakil Wali Kota Palu Sigit Purnomo Said. Mengenakan hem putih dipadu jeans hitam, tongkrongan frontman Group Band Ungu itu, lebih terlihat karakter entertaimentnya daripada seorang pejabat publik. Pasha mungkin sengaja melepas atribusinya sebagai pejabat publik. Kehadirannya sore ini, sebagai musisi yang me-launching single ketiga Fladica dan single perdana The Eight. Dua grup yang dibesutnya.

SINGLE PERDANA – The Eight meluncurkan single perdana berjudul Tetap Cinta, di Palu 12 Februari 2021

Sigit Purnomo Said alias Pasha pantas bungah. Sebagai musisi dengan nama besar dalam industri musik Indonesia, ia ingin memberi kontribusi nyata pada musik di Kota Kelahirannya – Palu. Maka komitmennya itu, ditunjukkannya dengan menghadirkan Fladica yang telah mengeluarkan tiga lagu. Lagu pertama, Menangis Lagi bisa dikulik di akun official Pasha & Fladica. Lagu yang diilhami bencana alam 28 September 2018 kini ditonton 1,3 juta kali.

Lalu lagu kedua, masih tentang bagaimana penderitaan gempa/tsunami yang belum selesai warga kembali dihajar pandemi. Lagu bertitel Jangan Menangis Lagi, kini telah ditonton 1,9 juta kali. Sebuah pencapaian yang tak bisa dianggap remeh – untuk musisi yang berasal dari daerah. Hasrat untuk mendulang sukses kembali disematkan pada lagu ketiga, yang dilaunching 12 Februari 2021. Sejak diluncurkan akhir pekan lalu, lagu bertitel Takut Kehilanganmu telah dikulik 13.291 kali.

Espektasi untuk meraih sukses di album ketiga tampak terpancar dari personelnya. Tak terkecuali Pasha Ungu yang terbang dari Jakarta khusus untuk launching lagu ini. Suasana ceria di atas venue yang didominasi warna hitam, seolah melupakan sejenak drama kehidupan akibat dihajar pandemi. Menyimak liriknya, Takut Kehilanganmu bisa dimaknai dua hal. Pasha yang segera ”kembali” ke Jakarta setelah lima tahun membersamai publik Kota Palu dengan baik. Baik Fladica maupun warga Palu, seolah takut kehilangan sosok frontman Band Ungu ini yang bakal kembali melanjutkan proses kreatifnya di Jakarta.

Tapi seperti yang diucapkan salah satu personel Fladica di depan wartawan. ”Kehilangan secara fisik iya. Karena tidak bisa setiap saat bertemu. Tapi itu bisa diatasi dengan pertemuan melalui platform digital yang sudah ada,” ucapnya. Tapi paling tidak, lagu ketiga ini mampu mengobati hati fans Pasha dan Fladica dimanapun. Hati yang terkucil disepi yang diam, karena anjuran work from home di masa pandemi yang terasa menjemukan ini.

BANGGA – Dita Putri Lestari mengaku bangga bisa diajak kolaborasi dalam single perdana The Eight besutan Pasha Ungu, 12 Februari 2021

Brand Fladica sendiri dicomot dari nama personelnya, Fadly, Lucky, Aci Karibo, Dedy, Ishak Malewa, Chella Maranata dan Ayu Saraswati. Beberapa nama personel Fladica – bahkan sudah wara wiri di panggung musik Kota Palu. Ayu Saraswati sendiri mengaku bersyukur terlibat di dalam proyek ini. Bisa kolaborasi bersama Pasha adalah kesempatan langka dan menjadi kebanggaan baginya. Dara cantik yang hobi menyanyi ini bilang, keterlibatannya bersama Pasha tidak ribet. Apa lagi Pasha sudah menyaksikan perform di salah satu kafe. ”Saat itu dipanggil. Kemudian didengar karakter vokalnya cocok yang sudah langsung gabung,” sahut staf marketing di salah satu perusahaan ini.

Sukses membidani Fladica setahun berikutnya, disela kesibukan sebagai pejabat publik Pasha kembali membidani lahirnya grup baru – The Eight. Proses peluncuran single perdananya digelar bersamaan dengan single ketiga Fladica. Mengusung pop romantis – berjudul Tetap Cinta, The Eight menaruh harapan besar dapat menyusul sukses seniornya Fladica. Berisi sembilan orang, dengan formasi lima cewek, empat cowok, The Eight memberi sentuhan manis pada lagunya. Liriknya yang kekinian dan musikalitasnya yang sederhana dan terdengar empuk – tak heran jika dua hari sejak diluncurkan di kanal Youtube – sudah membetot 9.403 lebih viewer.

KETERANGAN PERS – Pasha dan The Eight memberikan keterangan pers saat peluncuran single perdana, 12 Februari 2021

Dita Putri Lestari (21) salah satu personel The Eight tak bisa menyembunyikan kebanggaannya mendapat kesempatan langka. Mengeluarkan single perdana dimentori oleh musisi sekelas Pasha Ungu, baginya adalah momentum yang indah dan layak dikenang di hari tuanya kelak. Mahasiswa Fisip Untad mengaku, berbeda dengan teman-temannya yang kerap manggung di kafe. Tita lebih sering tampil di youtube untuk cover lagu. Kemudian ia dipanggil untuk bergabung di The Eight.

Perempuan manis asal Donggala ini meng-cover lagu sejak 2017. Sebelumnya pernah tampil pada even lomba nyanyi di Kota Palu dan Donggala. Berbekal itu, Tita akhirnya tercatat sebagai salah satu personel The Eight. Ia hanya mengirim video nyanyi original ke Pasha. Dari video itu kemudian ia panggil masuk dalam grup baru ini. ”Saya bangga. Dari sekian banyak musisi di Kota Palu, saya salah satu yang terpilih dari Abang,” ucapnya bangga.

DIANGGAP PASHA SENTRIS

Dua ABG di Kafe Dapur Bujie tampak serius. Headset putih menjuntai tersemat di telinga keduanya. Pelayan yang menyodorkan menu tampak tak dihiraukan. Keduanya fokus pada gawai masing-masing. ABG yang sedang menikmati senja akhir pekan di kawasan Hutan Kota Kaombona itu sedang mendengarkan single The Eight dari smartphonennya. Dari gestur keduanya, tampak jika ABG itu sangat menikmati single perdana grup beranggotakan 9 orang ini. Keduanya terdengar memperdebatkan lokasi pengambilan gambar grup anyar ini. Proses kreatif tim The Eight ini, tak hanya disorot dari sisi musiknya. Hingga soal lokasi syuting video klipnya ikut digunjingkan.

KENANG-KENANGAN – Personel The Eight memberikan kenang-kenangan kepada Pasha yang kembali ke Jakarta usai menyelesaikan tugas pemerintahan di Kota Palu, 12 Februari 2021

Raymond Tezar Kodongan yang membesut video klip, Fladica dan The Eight, berucap, klip Fladica pada single ketiga, semata ingin menyampaikan secara tulus muatan nilai yang terkandung dalam lagu. Dikemas dengan konsep kekinian dengan lokasi syuting di 168 House.

Sedangkan The Eight mengusung konsep alam dengan mengeksploitasi sudut-sudut Pantai Wisata Bonebula Donggala. Dan klip ini secara spesial didedikasikan untuk Sigit Purnomo Said yang mengakhiri pengabdiannya sebagai pejabat publik di Kota Palu. ”Ini dilakukan di alam terbuka lebih mewakili perasaan lagunya yang lebih milenial,” tulisnya dalam pesan singkat.

Empat lagu yang sudah dikeluarkan dua grup ini, sangat kental sentuhan Pasha. Musikalitasnya. Liriknya hingga gestur personel dalam video klipnya. ”Ini Pasha banget. semua muanya,” celoteh Margareta dimintai pendapatnya saat bersantai di Hotel Amazing, Ahad 14 Februari 2021. Di momen valentine, musik ringan dan lirik dengan tema cinta macam ini katanya sangat pas. ”Salut deh pokoknya. Easy listening,” tambahnya lagi.

Soal anggapan Pasha sentris diakui Manager Fladica dan The Eight, Mohamad Anshar Tandju alias Arya Tandju (39). Menurut dia, Pasha pengalamannya yang membentang di industri musik tanah air, tidak sulit baginya untuk membuat sebuah lagu. Kalau ada yang menilai karakter lagu dua grup ini sangat Pasha, itu wajar karena memang dia think thank nya.

Pada empat lagu ini, lirik dan notasinya tetap dari Pasha. Namun aransemen, Pasha menyerahkan ke personel lainnya – Vekky. Tapi sentuhan akhir tetap di tangan seorang Pasha. Arya mengakui, ketergantungan terhadap sosok seorang Pasha sangat tinggi. Menurut dia ini sesuatu yang wajar. Terlebih jika dilihat dari sisi pengalaman, personal branding dan apa pun yang terkait karya musik Fladica dan The Eight – Pasha memegang posisi sentral. Namun Arya tetap berkilah, sekalipun keterlibatan Pasha dalam proyek ini sangat kuat, para personel di dua grup ini tetap diminta membawakan lagu sesuai karakter vokal masing-masing.

Namun di telinga penikmat musik seperti Margareta, lagu-lagu dari Fladica dan The Eight terasa sangat Pasha banget. ”Kalau kita dengar intronya, warna musik Ungu sangat terasa,” ujarnya.

KETERANGAN PERS – Pasha dan Fladica memberikan keterangan pers saat peluncuran single ketiga, 12 Februari 2021

Posisi Pasha Ungu yang begitu krusial di dua grup ini, diakui Anshar menjadi tantangan bagi dirinya. Pasha katanya telah meletakkan fundamental grup ini dengan sangat baik. Maka tanggungjawab berikutnya adalah bagaimana menjadikan grup ini tetap produktif saat Pasha meninggalkan Kota Palu. ”Saya tertantang di sini,” sahut mantan penyiar radio Prambors FM Makassar ini.

Sepeninggal Pasha, dua grup ini dipacu untuk tetap kretif. Pada momen ramadhan, grup ini bakal merilis album religi. Semua personel baik di Fladica maupun The Eight ditantang membuat lagu religi. Kelak lanjut pengagum Alvin Adam (Just Alvin – Metro TV) dan Ryan John Seacrest (American idol) ini, karya-karya itu akan dinilai oleh Pasha. Layak atau tidak. ”Eksekusi terakhir ada di tangan Bro Pasha. Dia tau taste nya. Telinga pasar lagu religi di Indonesia seperti apa, Pasha tau banget,” tandas jebolan Sastra Prancis – Unhas ini.

Ia pun mengakui, pencapaian Fladica dengan viewer jutaan tidak bisa dilepaskan dari sosok seorang Pasha – yang popularitasnya membentang di seantero langit Indonesia hingga negara-negara jiran.

 

TANGGUNGJAWAB MORAL SEBAGAI PUTRA DAERAH

He is the real big star. Begitu cara Arya Tandju – memosisikan sosok seorang Sigit Purnomo Said alias Pasha di tengah publik Kota Palu dan Sulawesi Tengah. ”Suka atau tidak faktanya seperti itu. Kita aja yang suka mengerdilkan. Padahal mungkin hati kecilnya mengakui kebesaran seorang Pasha,” ucap Arya lantang.

Dengan kebesaran namanya, Pasha masih memandang pentingnya mengorbitkan talenta lokal di Kota Palu. Ikhtiar Pasha secara intens di dua grup ini, adalah bentuk tanggungjawab moral seorang anak daerah – untuk mengentas talenta lokal di panggung musik nasional.

Secara telak, Arya mengatakan, ada beberapa musisi asal Kota Palu yang sudah mengorbit di panggung musik nasional. Tapi mereka tak berniat memberdayakan talenta lokal untuk merintis karir menikmati gemerlap panggung musik tanah air. ”Di titik inilah, kenapa Pasha merasa perlu membuat dua grup ini. Tanggungjawab dia di situ,” tandasnya.

SELAMATAN – Menandai peluncuran single ketiga Fladica dan single perdana The Eight di Palu, 12 Februari 2021.

Berbicara di depan wartawan, Jumat 12 Februari 2021, Pasha tidak mau menepuk dada, jika hanya dirinya yang ”berkeringat” membentuk dua grup ini. Semua orang di grup ini terlibat aktif – hingga hasilnya bisa terlihat seperti sekarang ini. ”Ada Mas Asrul, Saudara Arya dan mass media ikut dalam cerita sukses ini,” katanya. Sebagai wujud komitmennya itu, Pasha akan memboyong dua personel ke Jakarta, Vekky dan Dedi untuk menggarap proyek baru di sana. Terbuka pula peluang bagi siapa pun di dua grup itu, untuk proyek yang berbeda.

Khusus Fladica dan The Eight yang dibesutnya, dirinya sekadar membukakan jalan bagi mereka. Selanjutnya, tergantung dari masing-masing. ”Ada banyak faktor yang menentukan seseorang mulus pada jalan pilihannya. Tapi setidaknya modal awal sudah ada untuk naik level,” demikian kata dia. Mantan suami Okky Agustina ini, berjanji di momen ramadan nanti, Pasha & Fladica akan mengeluarkan album religi berisi lima lagu.

Selain Fladica, kemunculan The Eight di single pertama, menurut dia memberikan kebanggaan pada dirinya. Kini, sembilan personel The Eight telah menginjak tangga awal menuju tempat terbaik. Fakta ini diakuinya membuka matanya, betapa talenta-talenta yang berserak di daerah membutuhkan perhatian dari orang-orang seperti dirinya. Talenta macam ini sambungnya harus diperhatikan. Bahkan dengan atau tanpa jabatan Wakil Wali Kota Palu pun, ia punya tanggungjawab moral untuk memajukan musisi lokal di Kota Palu. Dengan demikian talenta-talenta hebat ini bisa mengklaim satu tempat terbaik di panggung musik Indonesia.

PENGHASILAN BAGI RATA

Seiring dengan moncernya Fladica dengan jumlah penonton jutaan, berimbas dari sisi komersial. Viewer yang terus membeludak, akun official Fladica sudah monetize. Otomatis pundi pundi pun mengalir ke kantong grup yang beranggotakan delapan orang ini. Penuturan personel Fladica, Mohamad Fadli (38), sistem yang dibangun dalam grupnya – tidak ada yang dianggap paling ”berkeringat”. Semua kontribusi anggota diukur pada takaran yang sama. Tidak lebih. Pun tidak kurang. Karena itu penghasilannya pun dibagi sama rata.

Berapa sebenarnya penghasilan yang didapat selama setahun ini? ”Kalo yang itu tanya Bro Arya,” elaknya halus. Manager Fladica & The Eight, Arya Tandju menjawab diplomatis pertanyaan ini. Menurut bapak dua anak ini, jerih payah yang dilakukan sungguh-sungguh akan berbanding lurus dengan hasil yang dicapai. Fladica yang digarap dengan profesional setidaknya mendapat pula imbalan setimpal.

Iya berapa? Didesak seperti itu, Arya kemudian buka kartu. ”Kini di atas Rp10 juta,” bocornya.

Namun ia menambahkan, espektasi dari sisi komersial bukan satu-satunya gol yang dituju. Di atas itu adalah, bagaimana mewadahi talenta musisi lokal Kota Palu dan Sulawesi Tengah agar mendapat porsi yang layak di tempat yang semestinya.

Setidaknya, peradaban musik moderen Indonesia, jejaknya bisa dilacak hingga di Kota Palu. Dalam kaitan itulah, di puncak-puncak kesibukannya, pada dua dunia berbeda, politisi dan musisi, Sigit Purnomo Said – dengan kesadarannya terus berikhtiar bagaimana menciptakan, mengawal dan membina musisi lokal Kota Palu. Setidaknya orang tak hanya mengenal Pasha Ungu, Abdee Slank dan Hengky Supit di kancah musik tanah air. Bagi Pasha perlu ada generasi baru dari Palu, yang entah dimulai dari siapa, harus menjadi pemain penting berikutnya di pentas musik Indonesia.  Itu saja. Tidak lebih. ***

Penulis      : Amanda
Foto-Foto  : Amanda

Roemah Kata
the authorRoemah Kata
Anggaplah ini adalah remahan. Tapi kami berusaha menyampaikan yang oleh media arus utama dianggap remah-remah informasi. Tapi bisa saja remah remah itu adalah substansi yang terabaikan akibat penjelmaan dari politik redaksi yang kaku dan ketat. Sesederhana itu sebenarnya.

Tinggalkan Balasan