Lingkungan

Pesona Air Terjun Saulopa yang Selalu Memanjakan Penikmatnya

PENGUNJUNG – Wisatawan lokal menikmati Air Terjun Saulopa, Kamis 20 Oktobebr 2022

AIR deras melibas material yang menghalangi jalannya, tak semata karena kekuatannya. Tapi karena ketekunannya.

Begitulah air terjun Saulopa yang tak berhenti mengalir, tak semata karena mengikuti hukum alam. Tetapi juga untuk menawarkan keindahan kepada penikmatnya. Menyusuri 277 anak tangga setara dengan 150 meter di puncak tertinggi air terjun Saulopa terasa menguras energi. Namun lelah itu tak setara dengan suasana yang tersaji di sekitarnya. Menikmati alam perawan di Desa Wera itu, membuat sebagian beban hidup terasa hilang seketika.

Angin yang berhembus pelan menyapu wajah serta dingin segar air pegunungan membuat tubuh bergidik. Namun tetap saja membuat siapa pun tergoda dan betah berlama-lama di sana.  Air terjun yang menjuntai indah terbawa angin sepoi menghasilkan bias air bak gerimis menyapu lembut di wajah.

Di kiri kanan, kupu-kupu mungil beterbangan sok akrab menghinggapi bagian tubuh yang ia sukai. Di sekitarnya, permukaan tanah cokelat kehitaman hasil ekstrak dedaunan dan kayu selama ratusan tahun yang bermetamorfosa menjadi humus, menghampar di sana sini.  Oksigen segar yang menyelinap masuk ke rongga paru, terasa menentramkan. Menggantikan gas karbondioksida (Co2) yang tanpa ampun  menghajar paru-paru manusia moderen.

Saat ini, pengelola air terjun Saulopa menghadirkan spot menarik. Yakni, wahana yang tak hanya instagramable namun juga menawarkan pengalaman dan sensasi alam yang berbeda. Pengalaman yang membuat pengunjung terasa dekat bahkan menjadi bagian dari alam itu sendiri.

Wahana mirip jembatan dibangun memanjang menyusuri aliran sungai yang berkelok. Di ujungnya, pengunjung akan merasakan sensasi gravitasi pada ayunan sederhana sebelum kaki menyentuh riak air dengan sensasi dinginnya. Wahana yang terdiri dari empat bilah papan dengan lebar sekira 100 sentimeter itu, kini belum bisa dinikmati.

Pada Kamis 20 Oktober 2022, pembangunannya terlihat nyaris kelar. Pekerja tinggal merampungkan sisa-sisa pekerjaan. Misalnya, membenahi spot untuk swafoto dan quote inspiratif atau quote melow khas anak milenial. Tatakan huruf kapital beraneka warna memanjakan pengunjung yang gemar welfie atau berswafoto.

Beberapa saung alias bale bengong berbahan kayu juga sudah selesai dibangun. Bangunannya berjajar sepanjang jalan bak taman mungil dengan naungan pepohonan yang rindang.

CERIA – Pengunjung asal Palu, berfoto dengan latar belakang air terjun Kamis 20 Oktobebr 2022

Sejumlah pengunjung tampak terkesan dengan bangunan saung minimalis itu. ”Mestinya begini. Jangan bikin bangunan beton di tengah hutan. Selain merusak pemandangan juga merusak perasaan,” celetuk, Ibu Mirandah (40) pengunjung asal Kota Luwuk.

Dua wisatawan mancanegara asal Swiss menebar senyum kepada pengunjung pagi itu. Usai melayani welfie (foto bersama) dari pengunjung, dua wisman itu mengaku kagum dengan eksotisme alam di Air Terjun Saulopa.

Sahrul (41) adalah petugas keamanan di kompleks salah satu destinasi utama di Kabupaten Poso itu. Selain menjaga keamanan, ia juga merangkap petugas kebersihan. Sahrul mengeluhkan perilaku wisatawan lokal yang kunjung sadar akan kebersihan di tempat wisata.

Pria atletis yang selalu mengapit sapu lidi itu mengaku, bahkan saat ia sedang menyapu, pengunjung yang berdiri bersisian dengan dirinya, dengan enteng membuang sampah plastik di tanah yang sudah bersih. ”Saya sengaja pungut di depannya. Maksudnya biar dia tersinggung. Tapi dia merasa biasa saja,” katanya sambil menggeleng.

Perilaku ini menurut dia, susah berubah. ”Diimbau. Diumumkan. Diingatkan melalui papan pemberitahuan dan pengeras suara, tetap saja tidak mempan,” ungkapnya lagi. Menghadapi perilaku pengunjung dengan hati bebal macam itu, Sahrul mengaku tidak punya lain. Selain rajin patroli sampah.

Kunjungan wisatawan di air terjun yang terletak di Desa Wera Kecamatan Pamona Puselembah, selalu fluktuatif (naik turun). Pekan lalu, sedikitnya 15 wisatawan mancanegara tercatat menjadi pengunjung. Disusul lagi pekan ini 10 orang. Mereka berasal dari Swiss, Jerman dan Belanda.

Sedangkan wisatawan lokal, menurut Sahrul cukup tinggi. Pada hari raya lebaran mencapai 2.000 orang. Dengan tiket super murah, Rp20 ribu untuk wisman dan Rp5 ribu bagi wisatawan lokal plus akses jalan yang baik, membuat Air Terjun Saulopa tidak kehilangan peminatnya. Pada pekan ini, bersamaan dengan momentum Festival Danau Poso 2022, pengunjung telah mencapai 250 orang.

Sahrul bilang, Air Terjun Saulopa termasuk yang terbesar di Kabupaten Poso. Mempunyai tinggi 150 meter dan memiliki 12 tingkatan besar, 66 tingkatan sedang serta lebih dari 100 tingkatan kecil,  air terjun ini menjadi primadona bagi penikmat wisata alam.

Kepala Dinas Pariwisata Sulawesi Tengah, Diah  Agustiningsih menjadikan Saulopa sebagai destinasi utama selain Danau Poso. Menjagokan keunikan alam dan keotentikan budaya sebagai jualan wisata utama, Diah pede menjual paket wisata minat khusus kepada para pelancong dunia.

Diakuinya, ceruk pelancong khusus sangat sedikit tapi mereka punya masa tinggal yang relatif lama. ”Jika masa tinggalnya lama, mmereka akan membelanjakan uangnya lebih banyak. Untungnya ke warga,” ungkap Diah di Tentena, Rabu 19 Oktober 2022.

Tiga jam rombongan jurnalis peliput Festival Poso 2022, menghabiskan waktu mencandai alam Saulopa, adalah waktu yang singkat. Tiga jam menyaksikan kupu-kupu mungil yang sok jinak meliuk di antara kerumunan orang,  terasa tak cukup. Tiga jam menghirup bebauan di tengah hutan perawan, adalah waktu yang pendek. Namun waktu tak bisa diajak kompromi. Kami harus beranjak. Agenda  liputan di anjungan Danau Poso sudah menanti.

SANTAI – Anggota Pencinta Alam Akwila, Amar sedang menikmati suasana alam di Air Terjun Saulopa, Kamis 20 Oktobebr 2022

Suasana siang cuaca terasa teduh. Bayu berhembus lembut. Air terjun menjuntai memanjakan homo sappiens yang kehilangan naluri terliarnya. Di sela vegetasi yang lebat, di atas sana, tampak mega hitam berarak. Pertanda hujan turun sesaat lagi. Saat berjalan pulang, berpapasan dengan banyak kawan sejawat. Saat hujan mengguyur, kami berteduh di warung  milik seorang ibu pemilik senyum manis. Kami menanti hujan reda di sana sambil menikmati kudapan ringan. Dalam penantian itu, kami membincang banyak hal tentang keseruan yang baru saja lewat.

Hujan masih terus tercurah dari langit. Menerpa dedaunan diselingi gemericik air sungai yang mengalir tak henti. Menghasilkan orkestra alam nan indah yang memaksa sesiapa pun kembali lagi, mencumbui alam indah Saulopa. ***

Penulis + Foto: Amanda

 

Roemah Kata
the authorRoemah Kata
Anggaplah ini adalah remahan. Tapi kami berusaha menyampaikan yang oleh media arus utama dianggap remah-remah informasi. Tapi bisa saja remah remah itu adalah substansi yang terabaikan akibat penjelmaan dari politik redaksi yang kaku dan ketat. Sesederhana itu sebenarnya.

Tinggalkan Balasan

%d blogger menyukai ini: