Sosok

Akyko, Atlet Sulteng Prestasi Dunia, Talenta yang Terabaikan

SANTAI - Akyko Micheel Kapito menikmati waktu senggangnya disela-sela kesibukannya di Brimobda Polda Sulteng

PEMBAWAANNYA tampak tenang. Seolah tak sedang terjadi apa-apa. Padahal ia Perempuan dengan pembawaan ceria ini. Ups, ternyata ia sedang memendam rasa yang ingin ditumpahkannya kepada siapa pun yang bersedia mendengarnya. Sekadar menjadi pendengar yang baik saja, baginya sudah lebih dari cukup. Daripada dipendam sendiri. Pekan-pekan terakhir ini, gadis manis ini tampak muram. Maka jadilah markas Alarm di Jalan Setiabudi, Palu Timur, menjadi tempat yang disepakati untuk bincang-bincang soal opini yang memojokkannya.

Dia dituding mangkir. Tudingan itulah yang membuat atlet yang sehari-hari bertugas di Satuan Brimobda Sulteng ini, menerima nasib tragis. Ia dicoret dari daftar atlet takraw yang mewakili Sulteng di ajang PON Papua. Yang lebih membuatnya muram adalah tudingan mangkir itu berkonotasi tidak disiplin. Padahal di institusi tempatnya bekerja persoalan disiplin adalah nafas utama aktivitasnya. ”Mangkir itu kan sama dengan tidak disiplin,” ungkapnya dengan wajah kusut masai.

Dia adalah Akyko Micheel Kapito alias Akyko (26). Atlet muda asal Sulteng dengan torehan prestasi gemilang di tingkat dunia. Ia telah melanglang buana ke manca negara dengan berbagai capaian yang mengharumkan tak hanya daerahnya. Tapi juga negara. Prestasi terakhirnya adalah medali perunggu di ajang bergengsi Asian Games Palembang 2018 silam.

Namun sederet capaian itu, tidak mendapat pertimbangan dari petinggi Persatuan Sepak Takraw Indonesia (PSTI) Sulteng. Ia didepak dari atlet yang mewakili Sulteng di pesta olah raga terbesar di Indonesia, PON XX Papua, Oktober nanti.

”Jadi saya bukan mangkir. Tapi saya ikut pelatihan. Itupun saya sesuaikan tidak benturan dengan Puslatda” katanya. Surat perintah mengikuti pelatihan Wanteror Dasar 2021 di Denplatina Brimob, dimulai pada 16 Maret – 8 April 2021.

Akyko merasa dirugikan oleh pemberitaan sejumlah media yang tidak mengonfirmasi ke dirinya. Media seenaknya menuding mangkir dari latihan. Padahal tudingan sepihak itu, dinilainya tidak benar. Walau demikian, ia tidak ingin lagi memperpanjang polemik ini. Kedepan jika daerah masih membutuhkan tenaganya ia siap kapan saja. Doktrin di kesatuannya, yang harus mendahulukan kepentingan negara di atas kepentingan pribadi dan golongan, membuat gadis manis asal Desa Bada – Poso itu, siap kapan saja jika daerah ini membutuhkan tenaganya. Karena itu, ia berharap polemik ini disudahi. Tak perlu diperpanjang lagi.

Bagi Akyko mediasi oleh KONI Sulteng antara dirinya dengan PSTI, adalah akhir dari semuanya. Baginya, itu sudah menjawab semua persoalan.

”Sdh bres ini prsoalan, so lama, Ketum KONI lgsung yg prtmukan, memediasi, dan sling mmafkan. Jdi kyko anggap slsai. Nda ada lagi,” tulisnya dalam pesan singkatnya.

Namun ia menambahkan, jika posisinya tak lagi dibutuhkan oleh KONI dan induk olahraga tempat bernaung, ia membutuhkan kejelasan. Setidaknya dengan kejelasan status itu, dirinya bisa membuat prioritas hidup yang lain. ”Hidup ini kan terus berjalan. Tidak boleh stagnan. Mungkin jika tidak dipakai lagi, saya bisa merancang proyeksi hidup yang lain,” ungkap gadis yang berulang tahun setiap 18 Mei ini.

Brimobda Polda Sulteng, tempat Akyko bertugas tidak membatasi peran personelnya untuk menjadi apa saja. Sepanjang aktivitas itu membawa dampak positif terhadap publik luas. Termasuk menjadi atlet. Aktivitas menjadi atlet tetap bisa dilakukan sepanjang tidak bentrok dengan tugas-tugas inti di kesatuannya.

Ini diakui Wakil Komandan Satuan Brimob Polda Sulteng, AKBP Denny Djatmiko, kepada wartawan di ruang kerjanya, Selasa 7 September 2021. Cerita soal anak buahnya Akyko Micheel Kapito, bahkan sudah sampai di telinganya sejak lama. Namun sekali lagi, ia tidak ingin mencampuri internal KONI dan induk olahraga PSTI. ”Tapi dari kami, anggota bebas menjadi atlet untuk mengharumkan daerah dan negara,” tegasnya.

KETERANGAN PERS – Sandrina Kaliey memberikan keterangan pers disela-sela memantau anak buahnya latihan di GOR Palu, Selasa 7 September 2021

Pelatih Takraw Sulteng, Sandrina mengaku mendegradasi atlet yang bersangkutan karena tidak mengikuti pusat latihan daerah yang digelar sejak Januari 2021. Salah satu doktrin atlet adalah disiplin. Terlebih permainan takraw lebih mengedepankan permainan tim. Bukan semata skill perorangan. Karena itu elemen kekompakan menjadi penting. Pusat pelatihan yang digeber sejak Januari tak hanya mengasah skill. Tapi bagaimana tiga orang di dalam lapangan, saat pertandingan berlangsung punya komunikasi yang intens dan kompak. ”Karena ini olahraga tim bukan bukan perorangan. Kekompakan menjadi hal penting,” ucapnya kepada wartawan di Puslatda takraw, Gedung Olah Raga, Selasa 7 September 2021.

Saat Puslatda dimulai Januari, yang bersangkutan tiga bulan tidak mengikuti latihan. Atas dasar itu, ia mengirimkan surat kepada yang sang atlet dan ke satuan tempat atlet menjalan tugasnya. Surat Nomor 10/Pengprov.PSTI-ST/III/2021, tertanggal 15 Maret 2021, berisi tentang degradasi atlet. Dalam skema latihan PTSI yang diperlihatkan kepada wartawan, nama Akyko masih tertera di sana. Namanya diurutan kedua dengan posisi smash dan umpan. Namun ketidakikutsertaannya dalam latihan lanjut Sandrina membuatnya harus didegadrasi.

Dedi Irawan

Walau Kyko mengaku kasus ini sudah selesai, namun batalnya gadis berusia 26 tahun mewakili Sulteng di pesta olahraga terbesar di Indonesia tetap sayangkan banyak kalangan. Dedi Irawan, mantan Ketua Hapkido Sulawesi Tengah mempertanyakan gagalnya peraih medali perunggu Asian Games Palembang 2018 tersebut. Dedi mengatakan untuk memberangkatkan atlet ke ajang PON, yang dominan adalah pelatih di setiap cabang olah raga. Bukan KONI sebagai induk cabang olahraga. Karena itu, ia mempertanyakan mekanisme seleksinya.

Sebagai masyarakat olahraga di Sulawesi Tengah, dirinya aku Dedi menuntut transparansi jangan sampai ada permainan dibalik pemberangkatan para atlet. Ada ratusan juta uang daerah yang dipakai, maka harus dibarengi dengan memberangkatkan atlet yang berpotensi meraih medali. ”Uang daerah jangan dipakai hura-hura ke Papua,” kritiknya.

 

FOTO BERSAMA– Latihan ketat tak menghilangkan keceriaan atlet takraw putri Sulteng. Iren Mauren (kiri) yang menggantikan posisi Akyko diapit kanan.

TAK BERUBAH

Kini, palu sudah diketuk. Keputusan sudah diambil. Akyko batal ke Papua. Penggantinya Iren Mauren (20) gadis manis asal Desa Gimpu pun sudah siap angkat koper menuju Bumi Cenderawasih. Gadis tinggi semampai ini menggantikan Akyko di posisi apit kanan. Ia akan berjibaku bersama teman-temannya merebut tempat terhormat.

Banyak pihak yang kecewa atas batalnya Akyko di ajang PON XX Papua. Namun seperti yang diakui Akyko sendiri, ia terus berharap bahkan mendoakan kesuksesan tim takraw Sulteng, mampu membawa prestasi terbaik bagi daerah tercinta ini.

Akyko diusia emasnya. Dengan prestasi menterengnya. Dengan senyum indahnya, tak merespons berlebihan kontroversi yang menimpanya. Dia adalah talenta yang terabaikan. ***

 

KEJUARAAN YANG DIIKUTI

  1. Kejurnas PPLP 2009 Kalbar (Perunggu)
  2. Kejurnas PPLP 2010 Jateng (Perunggu)
  3. Porprov 2010 Toli2 (2 Perak)
  4. Prapon 2011 Sulteng (Perak)
  5. Popnas 2011 Riau (Perak)
  6. Kejurnas PPLP 2011 Sultra (Emas)
  7. Kejurnas Kartini CUP 2012 Sigi (Perunggu)
  8. Asian Beach Game 2012 China (Perunggu)
  9. PON 2012 Riau no.Double Event (Perunggu)
  10. Sea Games 2013 Myanmar (2 Perunggu)
  11. Superseries 2013 Malaysia (Perunggu)
  12. King’s Cup 2013 Thailand (Perunggu)
  13. Porprov 2014 Poso (2 emas)
  14. Asian University Games 2014 Palembang (1 perak 1 perunggu)
  15. Superseries 2014 Myanmar (Perunggu)
  16. Asian Beach Games 2014 Thailand (Perunggu)
  17. PON 2016 Jabar nomor double event (Perunggu)
  18. Test Event 2017-Asian Sepaktakraw Championship (2 emas)
  19. Asian Games 2018 Palembang (Perunggu)
  20. Sea Games 2019 Philipina

Penulis       : Amanda
Foto-foto   : Amanda, Akyko (IG), Dedi (FB)

Roemah Kata
the authorRoemah Kata
Anggaplah ini adalah remahan. Tapi kami berusaha menyampaikan yang oleh media arus utama dianggap remah-remah informasi. Tapi bisa saja remah remah itu adalah substansi yang terabaikan akibat penjelmaan dari politik redaksi yang kaku dan ketat. Sesederhana itu sebenarnya.

Tinggalkan Balasan

%d blogger menyukai ini: