Seni Budaya

Special Moment untuk Mereka yang Telah Pergi

TELAH PERGI - Kerabat yang meninggal wajahnya menghias layar pada konser 3 April 2021

KONSER Plisit Band telah usai. Masing-masing orang kembali dari konser dengan ceritanya sendiri-sendiri. Sebagai sebuah band dengan jejak yang panjang, tetap ada cerita di balik berita konser yang layak diingat.

Konser Plisit Band, bertajuk Kau Tak Sendiri, tak hanya ajang unjuk kekompakan personelnya setelah 30 tahun bermusik bersama. Momentum itu juga menghadirkan suasana sentimental. Di sela-sela konser berdurasi sejam lebih itu, terselip special moment untuk mengenang orang-orang di Pleaseat Community – komunitas anak muda di zamannya yang menjadi cikal bakal Plisit Band. Momen itu adalah untuk mengenang kerabat Plisit yang telah pergi selamanya.

Sejak berdirinya, sedikitnya telah sembilan keluarga besar Plisit yang meninggal. Yang terakhir adalah Rifai Lahamu-akrab disapa Pay alias Just Pay. Ia meninggal pada 20 Januari 2021, setelah cukup lama berjuang melawan sakit yang menderanya. Ia wafat pada usia muda 48 tahun di Palu. Sebelum wafat ia meninggalkan kenangan lainnya. Sebuah lirik manis, Hanya Malam yang diaransemen dengan apik Steve Roy Kairupan. Lagu ini dibawakan Bateman Band. Sebulan sebelum wafat, di halaman Radio Nebula, ia ”protes” ke penulis. ”Ngana tidak tulis saya sebagai penciptanya. Tapi itu tidak penting. Nikmatinya saja liriknya,” begitu katanya sampil berlari kecil menuju kediamannya.

FOTO BERSAMA – Pallo (tengah) bersama putri mendiang almarhum Pay, Aylha Rajwaa Arivia (kanan) dan Ukhtiya Dhammy Riqintha (kiri) pada konser 3 April 2021

Adi Tangkilisan salah satu personel Plisit Band menyebut, orang-orang ini punya peran yang ikut menentukan hitam putihnya perjalanan grup musik hingga mampu eksis seperti yang terlihat hari ini. Pay sendiri bahkan meninggalkan jejak kuat di kelompok band ini. Lagu gubahannya bertitel Hanya Bisa Dirasa, mengumandang di konser 3 April lalu.

Sebagai kelompok band berbasis pertemanan, maka special moment itu seolah sebuah keharusan. Pallo personel Plisit Band lainnya, saat tampil medley mengaku baper, melihat satu persatu wajah kerabatnya muncul di layar konser. Lagu ketiga Pallo, Selamat Jalan Kawan, didedikasikan untuk sahabat-sahabat terbaiknya itu.

Di sela konser management Plisit merasa penting menyisihkan waktu untuk memberi kesempatan kepada dua anak gadis almarhum Pay, Aylha Rajwaa Arivia (17) dan Ukhtiya Dhammy Riqintha (14) tampil di depan. Keduanya, berdiri di samping Abdi, membawakan lagu Kau Tak Sendiri – lagu yang dipilih menjadi tema konser kali ini. Di sela konser, puisi berjudul Tentang Plisit dan JP-Kau Tak Sendiri, yang ditulis Aylha dan Ukhtiya, putri sulung mendiang ditayangkan di layar.

Sendiri dalam ada,
Sendiri dalam tiada,
Sesungguhnya, Kau Tak Sendiri…. dst!!!

UNTUK AYAH – Puisi Kau Tak Sendiri, letupan hati seorang gadis kepada sosok ayah.

Puisi yang menyesuaikan tema konser, Kau Tak Sendiri – ditulis dengan intensi yang solid dari perasaan seorang gadis 17 tahun yang tinggal pergi seorang figur yang disayangi dan menyayanginya.

Mereka yang tiada:

1. Windon Safaat Toana (aco)
2. Ikbal Lamakampali (Ikbal)
3. Andi Moh. Yusuf Parampasi (ucu)
4. Leo (Leo)
5. Ipank (Ipank)
6. M. Iksan (Tutan)
7. Supriadin (Adin)
8. M. Rifai Lahamu (Phai)
9. Dedi cahyadi (Dedi)

Special moment didedikasikan bagi para personel yang tak sempat menyaksikan apa dan bagaimana perjalanan Plisit Band hari ini, esok dan nanti. ***

Penulis      : Amanda
Foto-Foto  : Amanda, Nurmajani Loulembah

 

Roemah Kata
the authorRoemah Kata
Anggaplah ini adalah remahan. Tapi kami berusaha menyampaikan yang oleh media arus utama dianggap remah-remah informasi. Tapi bisa saja remah remah itu adalah substansi yang terabaikan akibat penjelmaan dari politik redaksi yang kaku dan ketat. Sesederhana itu sebenarnya.

Tinggalkan Balasan

%d blogger menyukai ini: